Minggu, 29 April 2012

WISATA SUMATERA SELATAN, BUMI SRIWIJAYA

lagi browsing ga sengaja nemu info Kompetisi Blog 'Pesona Sumatera Selatan'. aku tertarik dan ternyata besok terakhir . buka alamat blog yang lama dan dengdeng lupa semuanya udah lama ga buka. akhirnya buat baru deh.hehe

aaaaaaaaaaaa ayoo aku mau cerita tentang SUMATERA SELATAN, pengen banget kesana tapi belum kesampaian dari lahir sampai sekarang berkutik di Pulau Jawa terus padahal Indonesia kan luas. yaa semoga suatu saat bisa dan harus bisa ! semangat :D

boleh dong , cari tahu tentang SUMSEL sebelum kesana? mau cerita dari mana yaa , aku tahunya Sumatera Selatan yaa terkenalnya Palembang ada Sungai Musi, jembatan Ampera trus empek-empek . oh iya sama SEA GAMES di Gelora Siwijaya Jakabaring. wow* makin buat aku mau kesanaaaa ~

oke let's write ! :)

  • Dimana Sumatera Selatan ?
Di bagian selatan Pulau Sumatera, tuh kan dekat sama Pulau Jawa . Dikelilingi sama Propinsi Jambi, Bangka-Belitung, Lampung dan Bengkulu. Dan Palembang adalah ibu kotanya .
  • Kenapa dijuluki Bumi Sriwijaya ?
 Karena pada zaman dulu , abad ke-7 hingga abad ke-12 Masehi wilayah ini merupakan pusat kerajaan Sriwijaya yang juga terkenal dengan kerajaan maritim terbesar dan terkuat di Nusantara. Gaung dan pengaruhnya bahkan sampai ke Madagaskar di Benua Afrika. Sejak abad ke-13 sampai abad ke-14, wilayah ini berada di bawah kekuasaan Majapahit. Selanjutnya wilayah ini pernah menjadi daerah tak bertuan dan bersarangnya bajak laut dari Mancanegara terutama dari negeri china Pada awal abad ke-15 berdirilah Kesultanan Palembang yang berkuasa sampai datangnya Kolonialisme Barat, lalu disusul oleh Jepang. Ketika masih berjaya, kerajaan Sriwijaya juga menjadikan Palembang sebagai Kota Kerajaan. woooooowww* keren yaa sejarahnya. makin makin makinnnn mau kesana deh.

  • trus ada apa aja nih di sana ? Sumatera Selatan oh Palembang .
Jembatan Ampera dan Sungai Musi
 
 

Jembatan ini dibangun diatas sungai Musi dengan panjang 1.177 meter, lebar 22 meter dan tinggi diatas permukaan air 11, 50 meter, dengan dana pampasan perang dari Pemerintah Jepang atas perintah Soekarno pada bulan April 1962 dan diresmikan Mei 1965.Orang menyebutnya Jembatan AMPERA karena pemakaiannya secara resmi dilakukan pada saat masa menegakkan Orde Baru yang sebelumnya bernama Jembatan "Musi". Jembatan AMPERA berarti jembatan Amanat Penderitaan Rakyat. Bagian tengan jembatan ini dulu dapat diangkat dan dilalui kapal yang tingginya maksimum 44,50 meter , sedangkan bila tidak diangkat hanya 9 meter, namun pada saat ini mobilitas penduduk semakin tinggi dan jumlah kendaraan bertambah banyak serta dasar lain yang bersifat teknis maka pada tahun 1977 jembatan tersebut tidak dapat lagi dinaikkan bagian tengahnya. Pada tahun 2004 jembatan ini direnovasi.  
Sungai Musi ini panjangnya  460 Km membelah Provinsi Sumatera Selatan dari Timur ke Barat yang bercabang-cabang dengan delapan anak sungai besar yaitu : Sungai Komering, Ogan, Lematang, Kelingi, Lakitan, Semangus Rawas dan Batang hari Leko. Karena itu di Sumatera Selatan dikenal dengan julukan Batang Hari Sembilan. 
waaahhh~ walau udah ga bisa diangkat tapi tetap mempesona . :)
 Pulau Kemaro

Ditengah sungai Musi terdapat sebuah pulau bernama Pulau kemaro Nama tersebut berarti pulau yang tidak pernah tergenang air, walaupun air pasang besar, pulau tersebut tidak akan kebajiran dan akan terlihat dari kejauhan terapung-apung diatas perairan .Sungai Musi.Pulau ini mempunyai Legenda tentang kisah cinta Siti Fatimah putri Raja Palembang yang dilamar oleh anak Raja China yang bernama Tan Bun Ann? Syarat yang diajukan Siti Fatimah pada Tan Bun Ann adalah menyediakan 9 Guci berisi emas, keluarga tan Bun Ann menerima syarat yang diajukan. Untuk menghindar bajak laut saat diperjalanan membawa emas dari negeri China maka emas yang didalam Guci tersebut ditutupi dengan asinan dan sayur, ketika kapal tersebut tiba di palembang Tan Bun Ann memeriksa guci tersebut telah ditutupi asinan dan sayur dengan rasa, marah dan kecewa maka seluruh guci tersebut dibuangnya ke sungai Musi tetapi pada guci yang terakhir terhempas pada dinding kapal dan pecah berantakan sehingga terlihatlah kepingan emas yang ada didalamnya. Rasa penyesalannya membuat anak raja China tersebut mengambil keputusan untuk menerjunkan diri ke Sungai dan tenggelam Melihat hal tersebut Siti Fatimah ikut menerjunkan diri ke sungai sambil berkata Jika ada tanah tumbuh di tepi sungai ini maka disitulah kuburan saya?
AMAZING ! :) 
Rumah Tradisional Limas
Rumah Limas merupakan prototipe rumah tradisional Palembang. Selain ditandai dengan atapnya yang berbentuk limas, rumah tradisional ini memiliki lantai bertingkat tingkat yang disebut Bengkilas dan hanya dipergunakan untuk kepentingan keluarga seperti hajatan. Para tamu biasanya diterima diteras atau lantai kedua.Kebanyakan rumah limas luasnya mencapai 400 sampai 1000 meter persegi atau lebih, yang didirikan diatas tiang-tiang dari kayu unglen atau ulin yang kuat dan tanah air.Dinding, pintu dan lantai umumnya terbuat dari kayu tembesu. Sedang untuk rangka digunakan kayu seru. Setiap rumah terutama dinding dan pintu diberi ukiran.
Kawah Tekurep
 
Kompleks Pemakaman ini sekarang masuk dalam kawasan Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang. Berdasarkan catatan lama, pemakaman ini dibangun tahun 1728 M atas perintah Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo (wafat tahun 1756 M), setelah pembangunan Kompleks Makam atau Gubah Talang Kerangga (30 Ilir). Nama kawah tekurep diambil dari bentuk cungkup (kubah) yang menyerupai kawah ditengkurapkan (Palembang: tekurep). Jika diukur dari tepian Sungai Musi, kompleks makam ini berjarak sekitar 100 meter dari sungai. Di sisi yang menghadap Sungai Musi (arah selatan), terdapat gapura yang merupakan gerbang utama untuk memasuki kompleks makam. Di dalamnya, terdapat empat cungkup. Yaitu, tiga cungkup yang diperuntukkan bagi makam para sultan dan satu cungkup untuk putra-putri Sultan Mahmud Badaruddin, para pejabat dan hulubalang kesultanan.


 Kerajaan Sriwijaya

nihh, bukti perkembangan Kerajaan Sriwijaya dulu. manarik untuk dikunjungi . perbanyak pengetahuan , wawasan mengenai Indonesia khususnya Sumatera Selatan .




Masjid Agung Palembang

Mesjid Agung Palembang yang terletak di pusat kota juga merupakan salah satu peninggalan Kesultanan Palembang. Mesjid ini didirikan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I atau Sultan Mahmud Badaruddin Jaya Wikramo mulai tahun 1738 sampai 1748.
Ukuran bangunan mesjid waktu pertama dibangun semula seluas 1080 meter persegi dengan daya tampung 1200 jemaah. Perluasan pertama dilakukan dengan wakaf Sayid Umar bin Muhammad Assegaf Altoha dan Sayid Achmad bin Syech Sahab yang dilaksanakan pada tahun 1897 dibawah pimpinan Pangeran Nataagama Karta mangala Mustafa Ibnu Raden Kamaluddin.
Perluasan kedua kali pada tahun 1930. tahun 1952 dilakukan lagi perluasan oleh Yayasan Mesjid Agung yang pada tahun 1966-1969 membangun tambahan lantai kedua sehingga luas mesjid sampai sekarang 5520 meter persegi dengan daya tampung 7.750.
Museum
Di museum Sultan Mahmud Badaruddin II terdapat arca-arca kuno diantaranya Ganesha Amarawati dan Budha serta peninggalan kuno, termasuk dari era Sriwijaya.
Museum Balaputradewa dibangun dengan, arsitektur tradisional Palembang pada areal seluas 23.565 meter persegi. Di museum ini terdapat sekitar 2000 koleksi barang-barang tradisional Palembang, ofset binatang dari berbagai daerah di Sumatera Selatan dan beberapa miniatur rumah di pedalaman. Terdapat pula replika prasasti dari arca kuno yang pernah ditemukan di Bukit Siguntang. 
 
Benteng Kuto Besak 

Benteng Kuto Besak Palembang mempunyai ukuran panjang 188,75 meter, lebar 183,75 meter dan tinggi 9,99 meter (30 kaki) serta tebal 1,99 meter (6 kaki). Di setiap sudutnya terdapat bastion(baluarti) bastion yang terletak disudut barat laut bentuknya berbeda dengan tiga bastion lainnya. Tiga bastion yang sama tersebut merupakan ciri khas bastion Benteng Kuto Besak, di sisi timur , selatan dan barat terdapat pintu masuk lainnya disebut lawang buritan. Suatu kebanggaan bagi wong Palembang bahwa Benteng Kuto Besak merupakan satu-satunya benteng yang berdinding batu dan memenuhi syarat perbentengan / pertahanan yang dibangun atas biaya sendiri untuk keperluan pertahanan dari serangan musuh bangsa Eropa dan tidak diberi nama pahlawan Eropa. 

 Monpera

Bangunan ini terletak di pusat kota tepatnya di depan Masjid Agung. Lokasi tersebut dulunya basis pertempuran Lima Hari Lima Malam. Peletakan Batu Pertamanya dan pemancangan tiang bangunan pada tanggal 17 Agustus 1975 dan diresmikan pada tanggal 23 Februari 1988 oleh Menko Kesra Alamsyah Ratu Perwira Negara. Monumen ini dibangun unntuk mengenang perjuangan rakyat Sumatera Selatan ketika melawan kaum penjajah pada masa revolusi fisik yang dikenal dengan Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang yang pecah pada tanggal 1 Januari 1947 yang melibatkan seluruh rakyat Palembang melawan Belanda. Didalam Museum ini kita dapat melihat berbagai jenis senjata yang dipergunakan dalam pertempuran tersebut termasuk berbagai dokumen perang dan benda-benda bersejarah lainnya.

Sabokingking

Kompleks Makam Sabokingking ini terdapat di dalam kawasan PT Pusri. Tokoh yang dimakamkan di kompleks ini antara lain Pangeran Sido Ing Kenayan (1630-1642 M). Sido Ing Kenayan adalah Raja Palembang yang menggantikan pamannya, Pangeran Sido Ing Puro (1624-1630 M) dan kedudukannya kemudian digantikan oleh sepupunya, Pangeran Sido Ing Pasarean (1642-143 M). Makam ini berdampinngan dengan makam istri Pangeran Sido Ing Kenayan, yaitu Ratu Sinuhun.Di samping itu, terdapat pula makam guru agama raja, Habib Muhammad Imam Alfasah yang berasal dari Arab. Hingga kini, Ratu Sinuhun diyakini sebagai penulis kitab Simbur Cahaya. Kitab ini sering pula disebut Undang-undang Simbur Cahaya, yang isinya norma hukum adat. Ada pula keyakinan, Simbur Cahaya adalah "pengesahan" hukum adat (lisan) yang pada masa itu berlaku sudah berlaku pada masyarakat pedalaman Sumatera Selatan. Simbur Cahaya, pada dasarnya memang mengatur rakyat di luar Palembang atau dikenal dengan istilah uluan. Aturan adat ini berlaku hingga ratusan tahun sampai UU No. 5 Tahun 1979 berlaku efektif di Sumatera Selatan. Sebelumnya, Simbur Cahaya terdiri atas lima bab, ini juga telah membentuk pranata hukum dan kelembagaan di Sumatera Selatan. 
Bukit Siguntang
Bukit Siguntang adalah tempat bersejarah di KOta Palembang di zaman Sriwijaya menjadi tempat bersejarah penganut agama Budha. Daerah ini terletak 4 KM dari Kota Palembang dengan ketinggian 27 meter dari permukaan laut, tepat di kelurahan Bukit Lama Tempat ini sampai sekarang masih tetap dikeramatkan karena disini terdapat beberapa makam diantaranya :
1. Raja Gentar Alam
2. Putri Kembang Dadar
3. Putri Rambut Selako
4. Panglima Bagus Kuning
5. Panglima Bagus Karang
6. Panglima Tuan Junjungan
7. Panglima Raja Baru Api
8. Panglima Jago Lawang

Berdasarkan hasil penemuan pada tahun 1920 di sekitar bukit ini telah ditemukan sebuah patung (arca) Budha bergaya seni Amarawati yang raut wajah Srilangka berasal dari abad XI masehi yang sekarang diletakan di halaman Museum Sultan Mahmud Badaruddin II. Kita dapat melihat panorama kota Palembang ; dari ketinggian Bukit Siguntang dengan menempuh kendaraan umum jurusan Bukit Besar.

 Stadion Sriwijaya Jakabaring
Stadion terbesar kedua di Indonesia setelah Gelora Bung Karno , Jakarta. Semakin dikenal karena penyelenggaran Sea Games 2011 kemarin.
waaaa mau liat , olahraga disana . bayangin megahnya pembukaan Sea Games kemarin.


  • nahhhh , setelah bahas tempat-tempat wisata pasti nanya oleh-oleh nih , oke ! cekidot . :D
 Empek-empek
yaa , siapa yang ga kenal makanan ini . kalau belum kenal yuk mari aku perkenalkan . waaa ini tuh enak banget , berasa ikan tenggirinya ditambah kuahnya yang pedesss . yummy~
Kain Songket
kalau di Jawa ada kain batik , nah oleh-oleh dari Sumsel yaa kain songket .


  • eh iyaaa ,  jangan lupa hal mempesona dari alam Sumatera Selatan yang memiliki banyak minyak bumi, batu bara dan gas alam ..
Inilah Sumatera Selatanku , Indonesiaku . Nan indah, megah , mempesona  :)
semakin ingin kesana .
Semoga ini bermanfaat . terma kasih :)

dan semoga menarik perhatian juri :)






NB : sumber referensi tulisan
http://www.sumselprov.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar